Maudy, seorang
siswa SMA kelas XII yang terkenal di sekolahnya dan juga mempunyai segudang
prestasi. Dulu saat Maudy masih duduk di kelas XI, ia pernah menyukai seorang
laki-laki yang juga teman sekelasnya. Saat itu mereka tak begitu dekat. Awalnya
pun, Maudy tak menyukai laki-laki yang bernama Afgan itu.
Hingga pada suatu
kegiatan, mereka disatukan menjadi sebuah kelompok. Saat itu mereka menjadi
dekat, bahkan sangat dekat. Mulanya Maudy hanya menganggap Afgan sebagai
sahabatnya. Namun seiring waktu berjalan, benih-benih cinta hadir di hati
Maudy.
Pada acara pensi
tahun lalu, Afgan mengajak Maudy pergi bersamanya.
"Oudy, loe
ikut ke acara pensi ngga??", Kata Afgan pada Maudy. Oudy adalah panggilan
kecilnya.
"Ngga ah,
males..", jawab Maudy.
"Kalo gue
yang ngajak??", tanya Afgan lagi.
"Ngga mau
Gan. Lebih baik gue belajar di rumah daripada ikut acara kaya gitu.",
Maudy mengelak.
"Ini kan
acara sekolah kita Oudy."
"Gue tahu,
terus???", Maudy balik bertanya.
"Gue mau loe
dateng. Kalo loe ngga mau, gue bakalan ngambek sama loe.", Afgan mengancam
Maudy.
"Ngga usah
ngancem gue deh. Gue bilang ngga mau, ya ngga mau.", nada bicara Maudy
sedikit agak tinggi.
"Ya udah
deh. Gue bakal kecewa banget sama loe, kalo loe ngga dateng. Padahal gue udah
siapin semua."
"Siapin???
Siapin apaan??"
"Gue udah
siapin surprise dan gaun buat loe."
"Ya ampun,
Afgan.... Loe kan tahu gue ngga suka pesta, gue ngga suka surprise, gue juga
ngga suka pake rok-rok kaya gitu.", Maudy memang dikenal tomboy. Tapi
sesekali waktu, ia juga terlihat feminim.
"Kalo loe
ngga mau dateng ya udah, ngga pa-pa. Nih, gaunnya buat loe aja."
"Tapi
Gan.."
"Udah ambil
aja."
Maudy tahu Afgan
sangat kecewa padanya. Dia juga tahu bahwa gaun itu khusus Afgan beli untuknya.
Saat itu, Maudy benar-benar bingung. Apakah ia akan datang ke acara pensi??
Atau justru sebaliknya?? Entahlah, Maudy pun bingung memikirkannya.
Saat Maudy sedang
berada di rumahnya. Ia menanyakan hal itu pada kakak perempuannya. Kak Ayunda
namanya. Biasanya Maudy memanggilnya Kak Yunda.
"Kak, lagi
sibuk ngga??", tanya Maudy pada kakaknya yang cantik itu.
"Ngga, emang
ada apa??", Kak Yunda kembali bertanya.
"Aku mau
curhat nih Kak."
"Curhat
apa??"
"Nanti malem
ada pensi di sekolah. Terus aku disuruh ikut sama Afgan, tapi gue ngga mau.
Terus Afgan ngasih gaun ini Kak ke aku.", Maudy menunjukkan gaun yang
Afgan berikan padanya.
"Kenapa kamu
ngga mau dateng??"
"Males Kak,
paling isinya juga cuma kaya gitu aja."
"Kamu ngga
boleh kaya gitu dong. Afgan ngasih kamu gaun ini biar kamu pake di acara pensi.
Seharusnya kamu ngga nolak permintaan dia. Kakak yakin dia serius sama
kamu."
"Maksud
Kakak, serius gimana??", tanya Maudy.
"Dia suka
sama kamu dan mungkin malem ini dia akan nembak kamu di acara pensi."
"Ah!! Kakak
ngaco nih, ngga mungkin lah Afgan suka sama aku. Udah deh, ngomong sama Kak
Yunda cuma bikin suasana tambah ribet."
"Yeeee...!!!
Dibilangin malah ngeyel."
"Biarin.",
Maudy kembali ke kamarnya.
Saat itu, Maudy
sudah memutuskan untuk datang ke pensi. Ia tak ingin mengecewakan Afgan;
sahabatnya.
Maudy datang ke
acara pensi bersama Kak Rizky; Kakaknya Maudy juga. Saat Maudy masuk ke dalam
ruangan, semua mata tertuju padanya. Bagaimana tidak?? Ia terlihat sangat
cantik malam ini dengan perpaduan gaun putih pemberian Afgan.
Maudy berjalan
sembari mencari Afgan. Ia menemukan Afgan di sudut ruangan dan sedang berbicara
pada teman lelakinya.
"Afgan..",
kata Maudy pada Afgan.
Afgan menoleh ke
arah maudy. "Oudy, gila cantik banget..", desisnya.
"Hey, kok
ngalamun?? Ada yang aneh ya??", tanya Maudy yang memang sedari tadi merasa
risih dengan penampilannya.
"Eh,
sorry-sorry. Ngga ada yang aneh kok. Cantik banget malah."
"Gombal..!!"
"Ngga, gue
serius.", ujarnya.
"Makasih Afgan.
Malem ini loe juga keren kok."
"Sama -
sama, by the way makasih pujiannya. Katanya ngga mau dateng ke pensi??",
tanya Afgan dengan nada meledek.
"Udah deh
ngga usah diungkit-ungkit lagi. Ngga dateng salah, dateng juga salah."
"Ngga gitu,
ya udah kita kesana aja.", Afgan mengajak Maudy ke depan panggung.
Mereka berjalan
sambil berpegangan tangan.
"Thank you
buat semua yang udah dateng. Malem ini kita akan memilih King and Queen tahun
ini. Are you ready??", kata Lexa yang juga teman baik Maudy dan Afgan.
"Ready..",
jawab mereka serempak; semua yang ada di pensi.
"Ok,
langsung aja kita mulai. Yang menjadi King tahun ini
adalah..................", Lexa berhenti sejenak.
"Afgan..............!!!!!!!!!!!!!!!!!!"
"Yeay..!",
teman-teman yang lain bersorak gembira.
"Selamat
Gan. Loe emang cocok jadi King.", Maudy memberikan ucapan selamat pada
Afgan.
"Makasih
Oudy."
Lexa kembali
bicara. "Ayo Afgan, silahkan loe naik ke atas panggung."
Afgan pun naik ke
atas panggung.
"Semoga yang
jadi Queennya Oudy. Semoga..", harap Afgan dalam hati.
"Kita lanjut
lagi. Dan... Yang menjadi Queen tahun ini adalah..............
Maudy...!!!!", teriak Lexa sekali lagi.
"What!!
Gue?? Ngga salah??", gumam Maudy dalam hati.
"Ayo Maudy,
naik ke atas panggung.", pinta Lexa pada Maudy.
"Yes, Oudy
jadi Queennya. Waktunya gue buat nembak dia.", gumam Afgan dalam hati.
Setelah mereka
berdua menerima mahkota masing-masing, Afgan mengambil alih Microphone yang
sedari tadi dipegang oleh Lexa.
"Malem ini
gue akan mengungkapkan perasaan. Agak gila memang ngungkapin hal ini di acara
kaya gini. Malem ini, gue akan nembak seorang cewek yang gue cinta sejak gue
masih kelas X. Orang itu adalah.......dia!!", Afgan menunjuk Maudy dengan
jari telunjuknya.
Suasana menjadi
hening seketika. Tak ada yang mampu mengucapkan kata-kata. Kecuali mereka. Yap,
Afgan dan Maudy.
"Gue??",
Maudy menunjuk dirinya sendiri. "Afgan, apa-apaan sih. Udah deh, lebih
baik kita turun. Malu-maluin tahu ngga."
"Oudy..",
Afgan bersimpuh dihadapan Maudy. "Loe mau ngga jadi pacar gue??"
"Afgan..."
"Ini buat
loe.", Afgan memberikan sebuah kotak pada Maudy.
"I..i..ini
apa?"
"Buka
aja.", saat Maudy membuka, ternyata isinya adalah segulung benang jahit.
"Ini buat
apa??", Afgan tak menjawab. Dengan sigap ia mengikat jari manis Maudy
dengan benang itu.
Tanpa disadari
oleh Maudy, tiba-tiba sebuah cincin turun dari gulungan benang itu.
"Hah...!!!",
Maudy sangat terkejut.
"Ini buat
loe. Gue akan ulang pertanyaan gue sebelumnya, loe mau ngga jadi pacar gue???"
"Gu..gue..
Gue... Gue nerima cinta loe.", Maudy menjawab.
"Makasih
Oudy..", Afgan memeluk Maudy.
"Ciyeeeeeeeeeee......................!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!",
teman-teman ikut bahagia.
Acara pensi sudah
selesai. Semua sudah pulang, hanya tersisa Maudy, Afgan, dan Kak Rizky.
"Kak, boleh
ngga gue yang anter Oudy pulang??", tanya Afgan pada Maudy.
"Boleh kok,
boleh banget malah.", jawab Kak Rizky sambil tersenyum.
"Makasih
Kakakku yang ganteng...", Maudy mencubit pipi Kakaknya itu.
"Aww...!!
Sakit kali Dy.", katanya kesakitan.
Afgan
mengantarkan Maudy pulang dengan selamat. Saat Maudy hendak turun dari motor
Afgan, tiba-tiba saja Afgan memegang tangan Maudy.
"Makasih
buat malam ini.", kata Afgan sambil tersenyum pada Maudy.
"Sama-sama,
makasih juga udah buat surprise yang hampir aja bikin gue pingsan."
"Sorry, tapi
loe suka kan??", tanya Afgan.
"Suka
banget. Udah malem nih, gue masuk dulu ya??"
"Iya, jangan
lupa tidurnya mimpiin gue ya??"
"Pasti, loe
juga lho!!"
"Ok, sip,
sip, sip."
Maudy segera
masuk ke dalam rumah. Tak disangka, Kak Yunda dan Kak Rizky sudah menunggunya
di ruang tamu.
"Ciyeee...
Yang punya pacar baru??", kata Kak
Yunda meledek.
"Apaan sih
Kak."
"Masih
malu-malu nih yee..."
"Pasti Kak
Rizky ya yang ngasih tau ke Kak Yunda???", Maudy menuduh Kakaknya; Kak
Rizky.
"Ngga
kok.", Kak Rizky ngeles.
"Ngga usah
boong..", Maudy mengelitikki kedua kakaknya itu.
Malam itu menjadi
malam yang sangat berkesan bagi Maudy dan juga Afgan. Dan hari ini, hubungan
mereka genap berusia satu tahun.
"Happy first
year anniversary honey...", kata Afgan pada Maudy dengan mesra.
"Happy first
year anniversary too sayang..", jawab Maudy.
Tak banyak hal
yang manusia ketahui di dunia ini. Karena hidup bagaikan misteri. Termasuk
kisah cinta mereka berdua. Pada awalnya memang hanya sebatas sahabat, tapi
kini?? Mereka telah menjadi sepasang kekasih.
Komentar
Posting Komentar