“If you’re still
want people stay in your life. Then, try to care. Look around you! Learn! Only you
can change you.” – Southern Eclipse.
Pernah merasa takut berada dalam suasana baru? Pernah
merasa khawatir mendapat penolakan dalam lingkungan tersebut? Jika iya, itu
artinya aku tidak sendiri. Aku selalu takut jika berurusan dengan sesuatu hal
yang baru. Aku takut jika nantinya hal tersebut tidak menerimaku dan jika aku
diterima, aku takut terlena dengan hal itu kemudian melupakan beberapa hal yang
ada di masa lalu.
Aku benci saat banyak orang menghakimi tanpa tahu
apa yang sebenarnya terjadi dalam diriku. Mereka hanya berucap tanpa mengerti
ketakutan yang aku rasakan. Aku tidak seperti mereka, aku berbeda. Aku merasa
ada tembok tinggi yang menghalangi kebebasanku untuk melakukan hal yang orang
lain lakukan. Dan sepertinya ketakutan itu sudah tertanam kuat di pikiranku.
Beberapa lama setelah aku dinyatakan diterima di
perguruan tinggi, rasa takut yang aku rasakan semakin besar. Banyak pertanyaan-pertanyaan
mengerikan yang terngiang dalam kepalaku. “Bagaimana
jika mereka tidak menerima kehadiranku? Bagaimana cara aku memulai pertemanan
ini? Apakah aku akan mempunyai teman nantinya? Bagaimana lingkungan baruku
nanti?” Pertanyaan-pertanyaan itulah yang selalu muncul saat aku mencoba
berani untuk membuka diri. Lalu, bagaimana hasilnya? Aku gagal. Rasa takut itu
benar-benar menguasai diriku. Tapi aku tidak berhenti sampai disini, aku masih
terus berusaha hingga aku berhasil melakukannya.
Aku berhasil beradaptasi dengan mereka. Walau pada
awalnya suasana canggung menghiasi percakapan kami, tapi aku berhasil
menepisnya. Ketakutanku perlahan hilang. Aku tidak lagi merasa insecure, justru aku senang karena menemukan
keluarga baru. Aku senang karena aku bertemu dengan banyak orang-orang hebat
dari berbagai daerah. Hal inilah yang tidak pernah aku temui sebelumnya. Mendengar
mereka berbicara dengan aksen daerah masing-masing adalah favoritku.
Aku belajar banyak dari pertemuan ini. Aku belajar
untuk tidak cepat merasa puas dan berbangga diri dengan apa yang sudah aku
punya. Aku belajar untuk menjadi lebih kritis dan lebih berani lagi. Aku
terdorong untuk melakukan semua itu karena mereka menyadarkanku pada suatu hal,
“Jika ingin lebih cerdas, belajar. Jika ingin
lebih kritis, bicara. Jika ingin lebih berani, action.”
Bertemu dengan mereka bukanlah suatu kebetulan,
apalagi keterpaksaan. Bertemu dengan mereka adalah keberuntungan dan juga takdir Tuhan terindah yang pernah ada. Berkat mereka, aku tidak lagi se-insecure dulu. Berkat mereka, aku mampu
membuat diriku keluar dari zona nyaman yang selama ini membatasi kehidupanku. Dan
berkat mereka, aku mampu menulis cerita ini.
Aku merasa sangat beruntung berada pada posisi ini.
Walau sebelumnya aku kehilangan beberapa dari mereka di masa lalu, tapi aku berhasil
menemukan pengganti dari mereka yang pergi.
“People come and
go. Ada saatnya seseorang pergi meninggalkan dan ada saatnya seseorang datang
menggantikan yang pergi.” – If You Know
Who.
Satu minggu-ku yang berharga dan penuh kenangan. Satu
minggu-ku yang takkan terjadi untuk kedua kalinya. Satu minggu-ku yang akan
tersimpan rapi dalam ingatanku. Terimakasih karena mampu membuatku menjadi
pribadi yang lebih baik lagi. Terimakasih karena telah menerimaku sebagai bagian dari
hidup kalian. Terimakasih karena telah menerima tanpa menghakimi. Terimakasih teman-teman
98–Komodo Gokil, teman-teman 91–Aweu Joss!!, teman-teman 11–PKKM, dan
teman-teman 18–Nicholo Machiavelli. Terimakasih juga untuk kakak pendamping,
Mas Galang, Kak Amril, Mas Yoga, dan pendamping terbaik Kak Sabil❤, terimakasih
untuk pengalaman dan yang lainnya. Terimakasih telah menjadi bagian dari proses
hidupku. See you on top, guys!!❤❤
Kelompok 98 – Komodo Gokil
Kelompok 91 – Aweu Joss!!
Kelompok 11 – PKKM
Kelompok 18 – Nicholo Machiavelli
(Not a full team)
Komentar
Posting Komentar