Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Untukmu Penghuni Saturnus; Salam Perpisahan

“Woy!” Masih ingat dengan sapaan itu? Ya, sapaan yang selalu kamu berikan di awal-awal percakapan kita. Lalu seiring waktu berjalan sapaan itu berganti “Hei!” dan berganti lagi menjadi “Assalamu’alaikum”. Bukan hal yang penting untuk dibahas sebenarnya. Hanya saja aku suka caramu menyapaku. Hanya satu kata tapi mampu membuatku terkesan. Ah, apa-apaan aku ini, berlebihan. Boleh aku bercerita lagi tentangmu? Huh, aku bertanya seakan kamu benar-benar membaca ini. Lupakan soal itu. Kamu mengizinkanku atau pun tidak, aku akan tetap bercerita. Andai kamu tahu, satu juta kata takkan mungkin bisa menggambarkan kamu seutuhnya, karena kamu terlalu, eum, istimewa. Aneh  memang, menganggap orang lain istimewa padahal tidak pernah bertemu. Katamu aku bisa berbagi saat aku merasa sedih. Katamu aku bisa berbagi saat aku kalut. Katamu aku bisa meminta apapun padamu selama kamu bisa mengabulkannya. Katamu aku bisa melampiaskan semua emosiku. Namun, pada kenyataannya? Kamu pergi saat aku membutu

Untukmu Penghuni Saturnus

Teruntuk, Laki-laki berinisial V. Hai, Penghuni Saturnus! Masih ingat aku? Manusia Bumi yang sering kamu sebut aneh. Manusia Bumi yang sering menganggu waktumu. Manusia Bumi yang pernah hadir di hidupmu. Kamu tahu, aku rindu. Tapi aku tidak pernah mengatakannya karena kamu pernah berkata, “Jangan rindu, rindu itu berat.” Kamu mengutipnya dari novel favorit temanmu “Dilan”. Oh iya, terimakasih sudah memberiku novel Dilan dan Milea yang aku idam-idamkan sejak dulu. Novel itu menjadi satu-satunya bukti bahwa kita pernah dipertemukan secara maya. Kita dipertemukan dengan cara yang bisa dibilang aneh. Aku mengenalmu sebagai Penghuni Saturnus dan kamu mengenalku sebagai Manusia Bumi, hanya itu. Namamu pun aku tidak tahu, begitu pula sebaliknya. Hahaha, lucu memang. Bahkan aku baru menyadarinya saat kamu menghilang. Selama ini, baik aku maupun kamu tidak pernah ada yang menyebut nama masing-masing. Kita memang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Kebiasaanmu yang mengguna

Antara Jarak dan Kamu

Aku terlahir sebagai perempuan. Perempuan yang mungkin dianggap sebagian orang cengeng, lemah, serta penakut. Tapi sejak pertemuan itu, aku sadar bahwa kamu memperlakukanku dengan cara yang berbeda. Berbeda? Ya, bahkan sangat berbeda. Kamu yang selalu membuatku optimis. kamu yang membuatku berpikir dewasa. Kamu, hanya kamu. Terimakasih, untuk segala hal yang kamu berikan. Terimakasih untuk waktu berharga yang rela kau buang hanya untukku. Aku sadar, aku belum sepenuhnya menjadi apa yang kamu inginkan. Tapi dengang ijin waktu yang terus berputar, aku akan mencoba untuk menjadi perempuan yang jauh lebih baik lagi. Aku tidak seperti Aisyah yang mengerti agama dengan baik, tapi karenamu, karena ilmu yang kau miliki, perlahan aku mulai mengerti sedikit demi sedikit kewajibanku sebagai seorang muslimah. Ya, aku mengerti, betapa bodohnya aku selama ini. Tapi lagi-lagi kamu hadir sebagai penyemangat, kalimat-kalimat indahmu yang selalu terngiang dibenakku, membuat aku menjadi semakin sem