Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Rindu Ayah

"Gue gak pernah iri ngeliat orang pacaran mesra-mesraan. Gue cuma ngiri ngeliat Ayah sama anaknya bercanda-bercandaan"- Unknown. Iri? Ya, jelas. Di umur gue yang mulai dewasa ini, perhatian Ayah ke gue semakin berkurang. Berangkat sekolah, ketemu gak lebih dari lima menit. Gue pulang jam setengah 4, Ayah lagi kerja. Malem pas gue belajar, Ayah pulang dan keadaannya lagi cape parah. Jadi, sekarang gue jarang banget bisa ngobrol atau sekedar sharing masalah sekolah ke Ayah. Gue selalu ngiri ngeliat anak kecil yang digendong sama Ayah mereka. Gue selalu ngiri liat seorang Ayah yang nyuapin anaknya. Fyi, gue pernah ngerasain semua itu. lebih tepatnya 9 tahun yang lalu. Gak kerasa ya, gue udah gede. Ayah gak mungkin gendong gue lagi, gak mungkin nyuapin gue lagi, apalagi ngelonin gue tidur. Kalo dibilang kangen, gue selalu jawab banget. Kadang gue kalo lagi kangen suka ngode-ngode gitu ke Ayah. Gue sering bilang, "Yah, suapin dong." atau "Yah, keloniiinn....

Buat Kamu yang Kumaksud...

Buat kamu yang kumaksud, terimakasih atas empat tahun terindah yang sudah kamu berikan. Tanpa semua itu, aku mungkin takkan bisa sekuat ini. Aku selalu menyukai caramu untuk membuatku tersenyum. Buat kamu yang kumaksud, terimakasih untuk kasih sayang tulus yang selama ini kamu beri. Maaf, selalu membuatmu berulang kali mengatakan "Aku sayang kamu". Dulu aku memang ragu saat mendengarnya, namun sekarang aku tahu kamu memang tulus. Buat kamu yang kumaksud, terimakasih atas kesabaranmu mengajariku arti hidup yang sebenarnya. Terimakasih sudah membuatku bisa melewati hinaan dan cacian dari orang - orang yang hanya menjadi parasit dihidupku. Tanpamu, aku takkan pernah tahu siapa "mereka" yang sebenarnya. Buat kamu yang kumaksud, terimakasih kamu sudah menyadarkanku untuk memilih mana yang "baik" dan mana yang "buruk" untukku. Maaf, selama ini aku selalu egois hingga pada akhirnya aku menyesal dengan keputusanku sendiri. Buat kamu yang kumaks

Cinta Yang Tulus

Sari dan Rian adalah sepasang kekasih yang sedang dilanda cinta. Mereka selalu terlihat mesra dimanapun mereka berada. Sari dan Rian juga terkenal di sekolahnya sebagai siswa yang berprestasi. Hal itu membuat Rini yang juga teman sekelas Sari dan Rian cemburu. Rini memang dikenal egois dan genit di sekolahnya. Berbagai cara telah ia lakukan untuk menghancurkan hubungan Sari dan Rian. Namun selalu saja gagal. Hingga pada suatu hari, Rini mengajak Rian untuk pergi berdua bersamanya. Awalnya Rian memang menolak, namun karena terus dipaksa oleh Sari, Rian akhirnya menuruti kemauan Sari. Disuatu kafe, Rini yang mengenakan short dress warna ungu datang bersama Rian yang mengenakan baju kotak-kotak warna biru dan putih. Mereka mencari kursi yang kosong. Rini melihat ada bangku yang kosong di sudut kafe. "Duduk sana aja yuk!!", ajak Rini pada Rian. Rian menganggukkan kepala kecil tanpa berkata. "Mau pesen apa Yan??", tanya Rini pada Rian. "Terserah kam

Sahabat Jadi Cinta

Maudy, seorang siswa SMA kelas XII yang terkenal di sekolahnya dan juga mempunyai segudang prestasi. Dulu saat Maudy masih duduk di kelas XI, ia pernah menyukai seorang laki-laki yang juga teman sekelasnya. Saat itu mereka tak begitu dekat. Awalnya pun, Maudy tak menyukai laki-laki yang bernama Afgan itu. Hingga pada suatu kegiatan, mereka disatukan menjadi sebuah kelompok. Saat itu mereka menjadi dekat, bahkan sangat dekat. Mulanya Maudy hanya menganggap Afgan sebagai sahabatnya. Namun seiring waktu berjalan, benih-benih cinta hadir di hati Maudy. Pada acara pensi tahun lalu, Afgan mengajak Maudy pergi bersamanya. "Oudy, loe ikut ke acara pensi ngga??", Kata Afgan pada Maudy. Oudy adalah panggilan kecilnya. "Ngga ah, males..", jawab Maudy. "Kalo gue yang ngajak??", tanya Afgan lagi. "Ngga mau Gan. Lebih baik gue belajar di rumah daripada ikut acara kaya gitu.", Maudy mengelak. "Ini kan acara sekolah kita Oudy." &qu